watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

Cerita sexs
Pelampiyasan dokter nasti

Aku menjadi dokter yang terpilih mewakili
organisasi proyek perbaikan gizi masyarakat di
suatu kepulauan. Tempat aku bekerja jaraknya
hanya satu jam pelayaran dan terletak dalam
satu propinsi dengan tempat tinggal kami. Atas
persetujuan suami, kami berpisah dan setiap dua
minggu aku pulang ke rumah.
Sepeninggalku, ternyata suamiku menunjukkan
dirinya sebagai gay. Dia mempunyai pemuda
simpanan teman tidur dan pemuas sex. Selama
aku dinas di kepulauan, pemuda itu beberapa kali
dibawa pulang menginap di rumah. Untuk
menyembunyikan sikapnya, sehari-hari teman
gaynya disimpan di luar, disewakan rumah.
Kejadian ini memukul perasaanku. Segala upaya
untuk menyadarkan suamiku ternyata tidak
membawa hasil.
Aku membawa kedukaanku di pulau dengan
cara melayani masyarakat setempat. Untuk
mengisi kekosongan waktu, aku buka praktek
sebagai dokter umum. Suatu hari ketika jam
praktek hampir usai, seorang pasien laki-laki
tegap berkumis dan bercambang datang minta
agar diperiksa. Ia memperkenalkan namamanya
Hamid. Keluhannya sering pusing.
aEsSilakan Pak Hamid naik ke tempat tidur biar
saya periksaaEt.
Segera aku memeriksa pernafasan, tekanan
darah dan lain-lainnya. Ketika tanganku
memegang tangannya yang berbulu lebat, ada
perasaan canggung dan geli. Sewaktu Pak
Hamid pamit, dia meninggalkan amplop biaya
pemeriksaan. Ternyata isinya melebihi kewajaran
tarip seorang dokter umum.
Hari berlalu, ketika suatu malam saat aku akan
mengunci kamar praktek, dihadapanku telah
berdiri Pak Hamid.
aEsDokter, apakah masih ada waktu untuk
periksa saya ? Maaf saya datang terlalu malam
karena ada pekerjaan tanggungaEt.
Aku kaget karena kehadirannya tanpa aku
ketahui. Dengan senyum geli aku membuka
kembali ruang praktek sambil mempersilakan
masuk.
aEsDok, saya tidak mempunyai keluhan. Hanya
saya ingin tahu apakah tekanan darah saya
normalaEt.
Demikian Pak Hamid mengawali pembicaraan.
aEsSaya bisa tidur nyenyak setelah makan obat
dokteraEt.
Sambil memerika, kami berdua terlihat
pembicaraan ringan, mulai dari sekolah sampai
hobi. Dari situ aku baru tahu, Pak Hamid telah
dua tahun menduda ditinggal mati istri dan anak
tunggalnya yang kecelakaan di Solo. Sejak saat
itu hidupnya membujang. Ketika pamit dari
ruang praktekku, Pak Hamid menawarkan
suasana santai sambil menyelam di kepulauan
karang.
aEsDok, panoramanya sangat indah, pantainya
juga bersih lhoaEt.
Aku setuju atas tawaran itu dan Pak Hamid akan
menyiapkan perlengkapan yang diperlukan.
Dalam speed boath yang menyeberangkan
kami, hanya berisi aku, Pak Hamid dan
pengemudi kapal. Sesampainya disana, aku
merasa canggung ketika harus berganti pakaian
selam di hadapan laki-laki. Tapi aku juga belum
tahu cara mengenakan pakaian selam jika tanpa
bantuan Pak Hamid. Terpaksa dengan pakaian
bikini aku dibantu Pak Hamid memakai pakaian
renang. Tangan kekar berbulu itu beberapa kali
menyentuh pundak dan leherku. Ada perasaan
merinding.
Tanpa terasa kegiatan menyelam menjadi
kegiatan rutin. Bahkan pergi ke tempat
penyelaman sering hanya dilakukan kami
berdua, aku dan pak Hamid. Semakin hari jarak
hubungan aku dengan Pak Hamid menjadi lebih
akrab dan dekat. Kami sudah saling terbuka
membicarkan keluarga masing-masing sampai
dengan keluahanku mengenai suamiku yang
gay. Dia tidak lagi memanggilku Bu Dokter, tapi
cukup namaku, dik Nastiti.
Musim barat hampir tiba, kami berdua di tengah
perjalanan ke tempat penyelaman. Tiba-tiba
datang hujan dan angin sehingga gelombang
laut naik-turun cukup besar. Aku mual, sehingga
kapal dibelokkan Pak Hamid ke arah sisi pulau
yang terlindung. Kami turun ke pantai, duduk di
bangunan kayu beratap rumbia tempat para
penyelam biasa istirahat sambil menikmati bekal.
Hanya ada dua bangku panjang dan meja kayu
di tempat itu. Angin kencang menyebabkan
tubuh kami basah dan dingin. Aku duduk mepet
ke Pak Hamid. Aku tidak menolak ketika Pak
Hamid memelukku dari belakang. Tangan
berbulu lebat itu melingkar dalam dada dan
perutku. Dekapan itu terasa hangat dan erat. Aku
memejamkan mata sambil merebahkan
kepalaku di pundaknya, sehingga rasa mabuk
laut mulai reda.
Sebuah kecupan ringan melekat di keningku,
kemudian bergeser ke bibir, aku berusaha
menolak, tapi tangan yang melingkar di dadaku
berubah posisi sehingga dengan mudah
menyusup dalam BHku. Tiba-tiba badanku
terasa lemas saat jari tangan itu membuat
putaran halus di puting susuku. Bibir berkumis
lebat itu menjelajah ke bagian sensitip di leher
dan belakang telingaku. Persasaan nikmat dan
merinding menjalar dalam tubuhku. Bibir itu
kembali bergeser lambat menyusur dagu,
bergerak ke leher, pundak dan akhirnya berhenti
di buah dadaku. Aku tidak tahu kapan kaitan BH
itu terbuka. Dorongan kuat muncul di vaginaku,
ingin rasanya ada benda bisa mengganjal
masuk.
Tangan kekar itu akhirnya membopongku dan
meletakkan di atas meja kayu. BHku telah jatuh
di atas pasir, mulut dan tanggan Pak Hamid
bergantian menghisap dan meremas kedua
gunungku, kanan kiri. Aku bagaikan melayang,
kedua tanganku menjambak rambut Pak Hamid.
Kepalaku tanpa terkendali bergerak ke kanan dan
kiri semakin liar disertai suara eluhan nikmat.
OooohhhhhaE|aE|oohhhhaE| ooooohhhhaE|aE|
aauuhhhhhh. Kedua tangannya semakin
kencang meremas buah dadaku. Mulutnya
bergeser perlahan ke bawah menelusur pusaraE|
aE|.. terusaE|.vaginaku. AhhhaE|aE| husssaE|aE|.
ahhaE|aE| aahhhhhh.
Ketika mulut itu menemukan klitorisku, jeritanku
tak tertahan Auh..haE|haE| aahhhaE|.. husssaE|..
sebuah benda lunak menyeruak bibir vaginaku.
Bergerak perlahan dalam usapan halus serta
putaran di dinding dalam, membuatku semakin
melayang. Tanpa terasa eranganku semakin
keras. Untuk menambah kenikmatan, aku angkat
tinggi pantatku ke atas. Ingin rasanya benda itu
masuk lebih dalam. Tapi aku hanya memperoleh
dipermukaan. OoohhhhaE|aE|..haahhaE|aE|
haaahhaE|huuuaE|aE|aE|aE|aE|. t..eaE|raE|
uaE|.saE|..se..se..se..dikitaE|atas. OoohhhaE|
aE|.aahhh aE|aE|aE|.. Sebuah hisapan kecil di
klitorisku memperkuat cengkeraman tanganku di
pinggir meja. Hisapan itu semakin lama semakin
kuataE|. kuat dan kuataE|.. menjadikan
kenikmatan tak terhinggaaE|. memuncul
denyutan orgasme. Otot-otot disekitar vaginaku
mengejang nikmat dan nikmat sekali. Sesekali
nafasku tersengal aaaaE|aE|aE|..hhhhhhaE|aE|aE|
aE|aE|huuuaE|aE|aE|aE|..aahhhhhaE|.aahhhhaE|
aE|aE| aaaahhhhhhhhaE|aE|. ahhhhaE|aE|
huhhhhhhhaE|ehhhhhh. Denyut itu menjalar
dintara pangkal paha dan pantat ke seluruh
tubuh. Orgasme yang sempurna telah aku
dapatkan. Puncak kenikmatan telah aku rasakan.
Lemas sekujur tubuhku, aku ingin dipeluk erat,
aku ingin ada sebuah benda yang masih
tertinggal dalam vaginaku untuk mengganjal sisa
denyutan yang masih terasa. Tapi aku hanya
menemukan kekosongan. Tangan-tangan
berbulu itu dengan pelan membuka kembali
pahaku. Kedua kakiku diangkat diantara bahunya.
Kemudian terasa sebuah benda digeser-geser
dalam vaginaku. Semula terasa geli, tapi
kemudian aku sadar Pak Hamid sedang
membasahi penisnya dengan cairan kawinku.
Seketika aku bangun sambil menutup kedua
kakiku. Aku mendorong badannya, dan aku
menangis. Sambil membuang muka aku
sesenggukan. Kedua tanganku menutup dada
dan selangkangan. Pak Hamid tertunduk duduk
dibangku menjauhi aku. Ia sadar aku tidak mau
dijamah lebih dari itu. Sambil menelungkupkan
badan di meja, tangisku tetahan. Pak Hamid
mendekati dan dengan lembut ia membisikkan
kata permintaan maaf. Diapun menyorongkan
BH serta celana dalamku. Aku tetap menangis
sambil menutup muka dengan kedua tanganku.
Akhirnya pak Hamid pergi menjauh menuju
kapal mengambil bekal.
Kami duduk berjauhan tanpa kata-kata. Sekali lagi
Pak Hamid mengajukan permintaan maaf dan
berjanji tidak mengulang kejadian itu. Ia
menyerahkan botol air mineral kepadaku.
aEsMaafkan aku dik Nastiti, aku khilaf, aku telah
lama tidak merasakan seperti ini sehingga aku
khilaf. Aku minta maaf yah, aku harap kejadian
ini tidak mengganggu persahabatan kita. Yuk kita
minum dan makan siang, terus pulangaEt.
Aku merasa iba pada Pak Hamid. Ternyata
dengan tulus dia masih bisa menahan
syahwatnya. Padahal bisa saja memaksa dan
memperkosaku.
Kesadaranku mulai pulih, emosiku mereda. Aku
mulai berpikir pada kejadian tadi, bukankah aku
telah terlanjur basah saat ini ? Bukankah bagian
dari kehormatanku telah dijamah Pak Hamid ?
Bukankah tubuhku yang paling sensitif telah
dinikmati Pak Hamid ? Apa artinya
mempertahankan kesucian perkawinan ?
Bukankah aku tidak pernah menikmati rasa
seperti ini dengan suamiku ? Bukankah aku telah
kawin dengan seorang gay ? Yah aku telah diusir
dari rumahku oleh teman gay suamiku. Tapi itu
bukan salah suamiku. Ia terlahir dengan kelainan
jiwa. Ia menjadi gay dengan menanggung
penderitaan. Ia terpaksa memperistri aku hanya
untuk menutupi gaynya. Aku ingin merasakan
kenikmatan, tapi aku tidak ingin jadi korban, aku
tidak ingin punya anak dari hubungan ini dengan
Pak Hamid.
Keberanianku mulai muncul. Aku melompat dan
memeluk Pak Hamid. Kelihatan Pak Hamid ragu
pada sikapku sehingga tangannya tidak bereaksi
memelukku. Aku bisikan kata mesra.
aEsPak, aku kepingin lagi, seperti tadi, tapi aku
minta kali ini jangan dikeluarkan di dalamaEt.
aEsMaksud dik NastitiaE|.. aEt
Sebelum dia menyelesaikan kata-katanya,
tanganku meraba ke penisnya. Kemudian
tanganku menyusup dalam celana renangnya.
Sebuah benda yang tidur melingkar, tiba-tiba
bangun karena sentuhankuaE|
aEtTapi jangan dikeluarkan di dalam ya
PakaE|.aEt.
aEsTerima kasih dikaE|.aEt.
Senyum Pak Hamid berkembang. Kembali aku
didekap, aku dipeluk erat oleh kedua tangan
kekar. Aku benamkan mukaku di dada bidang
berbulu.
Tanpa komando aku duduk di atas meja sambil
tetap memeluk Pak Hamid. Aku diam, mataku
terpejam ketika pelan-pelan aku direbahkan di
atas meja. Satu persatu pengikat BHku lepas
sehingga tampaklah susuku yang masih sangat
padat lengkap dengan putingnya yang berwarna
coklat kemerahan dan sudah berdiri dengan
pongahnya. Kedua tangannya meraih dadaku,
mulut hangat menyelusur gunungku, perlahan-
lahan bergeser ke bawah, semakin ke bawah
gerakkannya semakin liar. Gesekan kumis
sepanjang perut membuatku menegang. Aku
pasrah ketika celana dalamku ditarik ke bawah
lepas dari kaki sehingga kini aku sudah benar-
benar bagaikan bayi yang baru lahir tanpa sehelai
benangpun yang menutupi tubuhku. Mulut
hangat itu kembali bermain lincah diantara bibir
bawahku yang ditutupi rambut-rambut
kemaluan yang berwarna hitam legam dan
tumbuh dengan lebatnya disekeliling lubang
kawinku dan clitorisku terasa sudah mengeras
pertanda aku sudah dilanda nafsu kawin yang
amat menggelegak.
Kenikmatan kembali menjalar di rahimku.
AuhaE|.e.e.e.e.e.e.eaE|..haaahaE|haaahaE|haah.
AuhhhhsssaE|aE| aku mengerang. Pak Hamid
sambil berdiri di tepi meja mengusapkan benda
panjang dan keras di klitorisku. AaaE|aE|
hhhhaE|..uhhh.. jeritan kecil tertahan mengawali
dorongan penis Pak Hamid menyusup vaginaku.
Pantatku diangkat tinggi dengan kedua
tangannya ketika benda itu semakin dalam
terbenam. Tanpa hambatan penis Pak Hamid
masuk lebih dalam menjelajah vaginaku. Dimulai
dengan gerakan pendek maju mudur berirama
semakin lama menjadi panjang. Nafasku
tersengal menahan setiap gerak kenikmatan.
AaahaE|.ahhaE|..ahhaE|aE|.haaaaaE|aE|aE|aE|aE|
aE|aE|aE|..haassssaE|aE|.
Entah berapa lama aku menerima irama gerakan
maju mundur benda keras dalam vaginaku. Aku
telah merasakan denyut orgasme.
AuuuuuuuuhhhhhaE|aE|aE|aE| Jeritan dan
cengkeraman tanganku di pundak belakang
penanda aku mencapai puncak orgasme.
Gerakan benda itu dalam vaginaku masih tetap
berirama, tegar maju mundur dan membuat
gesekan dengan sudut-sudut sensitif. Tiba-tiba
irama gerakan itu berubah menjadi cepat,
semakin cepataE|.. suara eluhan Pak Hamid
terdengar dan otot vaginaku kembali ikut
menegang, yahaE| aku mau kembali
orgasmeaE| aaahhhhhhhhhhhhaE|aE|.
aahhhhaE|. Tiba-tiba benda dalam vaginaku
ditarik keluar. Semprotan cairan hangat
mengenai pahaku dan meleleh di atas meja. Pak
Hamid mencapai puncak kenikmatan. Pak Hamid
memenuhi janjinya, tidak mengeluarkan cairan
mani dalam vaginaku. Aku lemasaE|..lemas
sekali seperti tidak bertulang. Aku didekap lembut
dan sebuah ciuman di kening menambah
berkurang daya kekuatanku.
Tiga tahun kemudian setelah kejadian di pulau
itu, aku telah menikmati hari-hari bahagiaku. Aku
sekarang telah menjadi nyonya Hamid. Di
pelukanku ada si mungil Indri, buah hati kami
berdua. Setelah perceraian dengan suamiku, satu
tahun kemudian aku menikah dengan Pak
Hamid. Mantan suamiku mengirim berita ia
sekarang sekolah di Australia. Tapi aku tahu
semua itu hanya kamuflase, seperti dalam
pengakuannya lewat telepon, mantan suamiku
menetap di Sydney agar dapat memperoleh
kebebasan menjadi kaum gay.


Adult | GO HOME | Exit
1/1096
U-ON

inc Powered by Xtgem.com